Contents
Majas Metafora Adalah – Pengertian, Jenis dan Contohnya Sebagian besar orang tentu mengetahui majas dan implementasinya dalam kebahasaan. Majas metafora adalah salah satu dari sekian banyak majas yang biasa dipakai ketika menulis karya sastra hingga bercakap-cakap dengan orang lain. Simak lebih lanjut tentang majas metafora di bawah ini.
Majas Metafora adalah Majas Perbandingan
Secara umum, majas metafora dapat diartikan sebagai analogi bagi banyak orang. Majas metafora merupakan majas yang memberikan perbandingan antara dua objek berbeda, tetapi mempunyai sifat yang serupa. Perbandingan analogis yang diungkapkan bukan makna sebenarnya
Opini lain menyatakan bahwa majas metafora merupakan gaya bahasa dalam sastra yang diungkapkan untuk memberi makna kiasan ketika melukiskan suatu objek dengan perbandingan langsung. Gaya bahasa yang biasa digunakan bersifat penekanan dan mengatasi adanya keterbatasan pemakaian kata.
Ciri-Ciri Majas Metafora
Selain berbeda dalam hal pengertian, majas metafora juga menyimpan ciri khas agar Anda tidak kebingungan saat menggunakannya. Berikut rangkuman ciri yang bisa dilihat dari majas metafora:
- Membandingkan suatu kondisi atau objek memakai perbandingan langsung tanpa menggunakan kata perbandingan. Setiap pemakaian bisa diaplikasikan secara eksplisit maupun implisit.
- Tidak menggunakan penghubung atau konjungsi melalui kelompok kata maupun kalimatnya.
- Memanfaatkan kata-kata atau frasa bermakna kiasan. Tujuannya untuk membandingkan atau menyatakan persamaan antar objek.
Jenis-Jenis Majas Metafora dan Contohnya
Meskipun sudah menjadi bagian dari keluarga besar majas, ternyata majas metafora dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Berikut yang harus Anda ketahui:
1. Metafora in Praesetia
Jenis majas metafora yang pertama ini mempunyai makna yang lebih eksplisit. Objek yang akan dibandingkan akan diusung bersama dengan perbandingannya.
“Ani adalah kembang desa yang terkenal berhasil mencuri perhatian para pemuda di Desa Jatiayu.”
Pemakaian kata-kata “kembang desa” mempunyai makna yang sudah jelas bila Ani merupakan gadis paling cantik di Desa Jatiayu.
2. Metafora in Absentia
Berbanding terbalik dengan in praesetia, in absentia cenderung menyampaikan maksud dalam bentuk yang implisit. Perbandingan tidak ditunjukkan secara langsung pada subjek atau objek yang sedang dibicarakan.
Kadang-kadang, majas ini memicu kebingungan bagi pembaca ketika ingin memahami maksud dari penulis. Bahkan, bisa jadi metafora ini disalahartikan akibat adanya penyimpangan makna.
“Sebagian besar anak laki-laki di desa Kembarjajar, sangat ingin mempersunting si bunga desa. Tentu saja mereka terpana akan parasnya.”
Jika diartikan secara harfiah, maka laki-laki di desa ingin mempersunting bunga. Tentu hal ini keliru, bukan? Bunga desa telah merujuk pada gadis yang paling cantik sehingga disukai oleh banyak laki-laki di desa tersebut.
3. Metafora Antropomorfik
Metafora ini juga biasa dikenal sebagai majas bergaya meniru atau personifikasi. Kondisi ini disebabkan oleh penggunaan yang terlalu sering pada perbandingan sesuatu bersama hal-hal lainnya.
“Pohon kelapa melambai-lambai,” menunjukkan bahwa pohon kelapa telah tertiup angin kencang hingga bergoyang. “Dia menunggu di mulut gua,” sebagai bentuk personifikasi atau memanusiakan suatu objek, di mana mulut gua sendiri berarti bagian luar dari gua.
4. Metafora Bercitra Hewan
Metafora bercitra hewan biasanya menggunakan hewan, bagian tubuhnya, atau segala sesuatu yang masih berhubungan. Hasilnya, terhadap pencitraan hewan yang dihasilkan dari pemakaian kata-kata tersebut.
Selain itu, pengaplikasian metafora ini dapat berbentuk umpatan atau ekspresi kemarahan karena perbuatan yang sudah dilakukan. Seseorang dapat disamakan sebagai hewan akibat kelakuan buruknya.
5. Metafora Bercitra Abstrak
Tujuan dari pemakaian metafora bercitra abstrak adalah mengubah ungkapan yang sifatnya abstrak menjadi pernyataan yang bersifat lebih konkret. Sesuatu yang bersifat samar atau abstrak dapat menjadi lebih bernyawa.
Contohnya adalah ungkapan anak emas yang artinya adalah anak kebangaan atau yang dibanggakan. Ada juga istilah bintang lapangan yang biasanya ditujukan bagi pemain terbaik pada cabang olahraga yang sedang berlangsung atau dibicarakan.
6. Metafora Sinestesis
Sinestesis dalam metafora umumnya dipakai untuk melakukan pengalihan dari suatu pengalaman ke pengalaman lain, tetapi bisa juga dari satu tanggapan menuju yang lainnya. Beberapa contoh dari metafora sinestesis sebagai berikut:
- Matanya yang sejuk menatapku
- Pahit getirnya kehidupan
- Aku melihat suara
- Kehadirannya disambut oleh senyum manis semua orang di dalam ruangan
Perbedaan Antara Metafora dengan Simile
Dua jenis majas yang terdapat pada majas perbandingan adalah metafora dan simile. Jika Anda cermati, sekilas keduanya memang tampak sama. Namun, masih ada perbedaan yang harus diperhatikan agar pemakaiannya tidak tertukar.
Perbedaan khusus yang sangat terlihat adalah pemakaian kata penunjuk berupa “bagaikan”, “bak”, atau “seperti”, “laksana”, dan sebagainya pada simile. Sebaliknya, metafora sudah pasti tidak memakai kata-kata tersebut karena diutarakan secara langsung. Simak contoh berikut:
“Aku ini binatang jalang.”
Kalimat di atas tergolong majas metafora karena aku ditempatkan langsung sebagai binatang jalang. Tidak ada pemakaian penunjuk jika si aku termasuk menyerupai.
“Aku ini bagaikan binatang jalang.”
Jika dibandingkan di antara keduanya, kalimat bawah tergolong majas simile karena memakai penunjuk “bagaikan” untuk menghubungkan si aku dengan hal yang dimaksud.
Contoh Majas Metafora dalam Penggunaan Kalimat
Simak juga beragam contoh pemakaian majas metafora melalui sebaran kalimat di bawah ini:
- Adi rela banting tulang setiap hari demi memenuhi kebutuhan keluarga di rumah.
- Lintah darat itu menghampiri rumah Ibu Sarti.
- Yani masih marah dan langsung naik darah ketika bertemu Nadia.
- Antonio memang seorang buaya darat yang tidak pernah berhenti menyakiti wanita.
- Katerin menjadi buah bibir di lingkungan perumahan karena perilakunya yang buruk.
Majas metafora adalah gaya bahasa yang dipakai untuk membandingkan hal-hal secara langsung. Meskipun terbagi lagi menjadi beberapa bagian, setiap metafora memberikan keunikan dan ciri khas tersendiri ketika dipakai dalam karya sastra maupun pengutaraan langsung.